V.
BIJI BERNAS
A.
Pendahuluan
1. Latar
belakang
Benih merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam peningkatan produksi pertanian. Oleh sebab itu mutu dan
jumlahnya perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak yang terkait terutama
pada saat musim tanam (pemakaian). Mutu benih yang sering dijadikan ukuran
adalah meliputi bentuk dan ukuran benih, daya tumbuh, vigor, serta kemurnian
benih. Mutu dan kualitas benih sangat ditentukan oleh kondisi.
Banyak literatur yang menyebutkan pengertian benih tanaman.
Beberapa diantaranya berasal dari Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun
1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4.
Namun, beberapa literatur juga menyebutkan pengertian benih tanaman sendiri.
Masing-masing literatur tersebut memiliki sedikit perbedaan, tetapi dasar
pengertian dari benih sendiri sama.
Dari beberapa definisi di atas beberapa berpendapat bahwa
benih merupakan hasil perkembangbiakan secara generatif namun ada pula yang
mengatakan bahwa benih merupakan hasil dari perkembangbiakan secara vegetatif
maupun generatif. Terkait dengan hal itu pengertian benih lebih cenderung
kepada hasil perkembangbiakan tanaman secara vegetatif maupun generatif
sebagaimana yang telah tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia no.12
tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat
4.
Penggunaan benih unggul bermutu merupakan salah satu syarat utama
untuk meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan benih
asal-asalan akan menimbulkan berbagai kerugian diantaranya tenaga dan biaya
dalam pelaksanaannya. Untuk mengatasi permasalahan terjadinya kemunduran mutu
benih baik yang diakibatkan oleh faktor penyimpanan maupun diakibatkan oleh
faktor kesalahan dalam penanganan benih, dapat dilakukan dengan penggunaan
benih bernas. Benih tanaman biasanya tidak semua murni namun tercampur dengan
benih dari tanaman lain, benih gulma dan berbagai kotoran sehingga benih tidak
seratus persen murni oleh karena itu perlu adanya pemilihan benih.
Peningkatan produksi tanaman padi perlu terus
diupayakan, salah satunya melalui program pemuliaan tanaman. Tujuan pemuliaan
tanaman di Indonesia diutamakan pada : 1) meningkatkan potensi hasil secara
genetik, 2) memperpendek umur
tanaman, 3) memperbaiki ketahanan tanaman terhadap penyakit penting, seperti
karat daun, bakteri busuk daun, virus dan nematoda, 4) memperbaiki ketahanan
terhadap hama penting, seperti lalat
kacang dan hama pengisap polong, 5) memperbaiki toleransi tanaman terhadap
cekaman lingkungan fisik, seperti pH rendah, kekeringan, naungan dan 6)
memperbaiki mutu biji terutama warna, ukuran dan mutu simpan.
2. Tujuan
Praktikum biji bernas ini bertujuan
untuk mengetahui mutu dari suatu benih.
B.
Tinjauan
Pustaka
Benih diartikan sebagai biji tanaman yang telah mengalami perlakuan
sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Secara agronomi,
benih disamakan dengan bibit karena fungsinya sama. Tetapi secara biologi
berbeda. Bibit digunakan untuk menyebut benih yang telah berkecambah. Dalam
perkembangbiakan secara vegetatif, bibit dapat diartikan sebagai bahan tanaman
yang berfungsi sebagai alat reproduksi (Lubis 2005).
Benih berkualitas merupakan komponen
teknologi yang sangat strategis peranannya dalam menentukan keberhasilan usaha
tani. Ketersediaan benih saja tidak cukup jika tidak diikuti dengan kualitas
benih yang tinggi. Benih adalah bahan tanaman yang berwujud biji. Benih
memiliki dan membawa sifat-sifat genetis tanaman induknya, dan akan tampil
optimal jika mutu benihnya tinggi yang diindikasikan oleh daya tumbuh dan vigor
benih yang tinggi di lapangan (tumbuh cepat dan merata) dalam kondisi
lingkungan yang optimal (Mugnisyah 2001).
Menurut (Hasanah
2002) pemilihan
benih juga penting dilakukan agar benih mempunyai mutu dan ukuran yang seragam.
Selain itu, benih yang baik dan bersih akan terhindar dari kontaminasi cendawan
gudang, seperti Aspergillus sp,
dan Mucoralis. Pemilihan benih dapat dilakukan secara manual. Pemilihan
didasarkan pada ukuran, berat jenis, dan bentuk benih.
Ukuran biji bernas cenderung lebih besar, berat jenisnya
tinggi dan bentuk benihn ya padat berisi.
Pengujian
mutu benih merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk mengetahui
mutu dan kualitas benih. Informasi tersebut akan bermanfaat bagi produsen,
penjual maupun konsumen benih. Pengujian laboratorium berperan besar dalam
menyajikan data hasil uji yang akurat, dan tepat secara ilmiah. Pengujian
laboratorium dilakukan untuk mengetahui mutu fisik, fisiologi dan genetis benih
contoh. Untuk memperoleh hasil uiji yang dapat dipertanggungjawabkan, maka
metode yang digunakan sebaiknya merupakan metode standar yang dipublikasikan
secara nasional, regional maupun internasional. Internasional Seed Testing
Association (ISTA) Rule merupakan acuan yang memuat metode pengujian benih yang
telah teruji validasinya dan diterima secara Internasional di dunia perdagangan
benih (BBP2MB-TPH 2010).
Menurut (Williams
2002) keberhasilan pembentukan biji yang bernas umumnya dihasilkan dari
persilangan outcross yaitu persilangan
dua bunga dari tanaman yang berbeda. Dari 25 kali persilangan
outcross: empat kali gagal, tiga kali menghasilkan biji tak berembrio
dan 15 kali menghasilkan biji bernas, 10 buah diantaranya sudah berkecambah.
Buah yang menghasilkan biji kosong/tak berembrio, bukan karena kegagalan outcross
tetapi karena buah dipanen muda (kurang dari 3½ bulan). Pemanenan buah muda
pada umur kurang dari 3½ bulan tidak disarankan karena menghasilkan biji yang
steril atau tidak berembrio.
C.
Metode
Praktikum
1. Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
biji bernas ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 15 November 2013 pukul
09.00-10.00 WIB di Laboratorium Ekologi Manajemen Produksi Tanaman (EMPT),
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bahan
dan Alat
1) Bahan
:
a.
Benih Padi (Oryza sativa)
b.
Air
2) Alat
:
a. Ember
3. Cara
Kerja :
a.
Benih dimasukkan kedalam wadah yang
berisi air dengan volume dua kali volume benih, kemudian diaduk-aduk sebentar.
b.
Benih yang terapung yang mempuyai berat
jenis rendah dipisahkan dari benih lainnya.
c.
Benih-benih yang tenggelam dapat
digunakan untuk pertanaman.
d.
Menghitung persentase benih yang bernas
dan tidak.
D.
Hasil
Dan Pembahasan
1. Hasil
Pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Biji Bernas Pada Benih
Padi (Oryza sativa)
NO
|
Jumlah Biji
Padi
|
Biji Terapung
|
Biji Tenggelam
|
1
|
100
|
28
|
72
|
Sumber : Laporan
sementara
Analisis data :
a.
Presentase Biji
Bernas
= 

= 

b.
Presentase Biji
Tidak Bernas
= 

=

2. Pembahasan
Benih merupakan salah satu faktor
produksi pertanian yang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan
agribisnis ditingkat lahan (on-farm)
maupun diluar lahan (off-farm). Untuk mendapatkan benih bermutu
dengan kualitas tinggi dengan tingkat kemurnian tinggi. Secara modern
untuk mendapat kemurnian yang tinggi dilakukan pengujian secara kuatitatif melalui uji di laboratorium sehingga
dihasilkan standar mutut benih dengan nilai toleransi standar mutu minimum
yaitu tingkat terendah dari bebrbagai sifat mutu dapat diterima. Keberhasilan
biji bernas lebih banyak ditentukan oleh faktor keberhasilan penyerbukan itu
sendiri.
Berdasarkan morfologinya benih yang
tumbuh normal bila sudah terbentuk daun berklorofil, epikotil, kotiledon,
hipokotil, akar primer dan sekunder. Kualitas benih digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu kualitas genetik, kualitas fisiologis, kualitas fisik. Yang ingin
diketahui lewat pengujian viabilitas adalah kualitas fisiologis yang berkaitan
dengan kemampuan benih untuk berkecambah.
Adapun
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu benih antara lain faktor genetika,
faktor lingkungan dan faktor status benih (kondisi fisik dan fisiologis benih).
Faktor genetik merupakan faktor bawaan
yang berkaitan dengan komposisi genetika benih. Setiap jenis atau varietas
memiliki identitas genetik yang berbeda. Sebagai contoh, mutu daya simpan benih
kedelai lebih rendah dibanginkan dengan mutu daya simpan benih jagung, kekuatan
daya tumbuh (vigor) dan produksi benih jagung hibrida lebih tinggi dari benih
jagung biasa (komposit). Demikian pula padi var. Peta memiliki mutu daya simpan
yang lebih baik dari benih padi var. Chainan. Semua perbedaan tersebut
diakibatkan perbedaan gen yang ada di dalam benih. Sedangkan faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan
selama prapanen, pancapanen, maupun saat pemasaran benih. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
Benih bermutu tinggi
ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor fisik (genetik and
physical faktors). Yang dimaksud dengan faktor genetik ialah varietas-varietas
yang mempunyai genotype baik (good genotype) seperti produksi tinggi, tahan
terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih
baik. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor fisik ialah benih bermutu tinggi
yang meliputi kemurnian (high purity), persen perkecambahan tinggi (high
viability and vigor), bebas dari kotoran.
Penggunaan biji
bernas ditujukan untuk mendapatkan tanaman yang baik, serta untuk keseragaman
tanaman dalam pemanenan dan pertubuhan tanaman. Penggunaan biji bernas ini
sangat penting dalam pertanian untuk peningkatan kualitas dan kuantitas serta
proses penyimpanan yang lebih lama dan mendapatkan benih atau bibit yang lebih
berkualitas. Adapun beberapa manfaat penggunaan biji bernas yaitu cepat tumbuh,
pertumbuhan serempak, bila disemaikan dapat menjadi bibit vigorous
(tegar) dan sehat, populasi tanaman optimum dan
dapat menghasilkan hasil yang lebih tinggi.
Praktikum biji bernas ini ditujukan untuk
mendapatkan biji bernas, biji bernas adalah biji yang memiliki kualitas tinggi.
Pengujian dilakukan juga untuk
mendapatkan seberapa besar nilai biji bernas, serta untuk menapatkan kseragaman
dalam pertumbuhan tanaman. Hasil dari pengamatan serta
penganalisaan data menghasilkan persentasepada biji bernas yaitu 72% dan
persentase pada biji tidak bernas 28%.
E.
Kesimpulan
Dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah ditentukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara
lain :
a. Penggunaan
biji bernas ini sangat penting dalam pertanian untuk peningkatan kualitas dan
kuantitas serta proses penyimpanan yang lebih lama dan mendapatkan benih atau
bibit yang lebih berkualitas.
b.
Persentase
biji bernas pada benih padi adalah 72%.
c.
Persentase
biji tidak bernas pada benih padi adalah 28%.
d.
Pengujian
dilakukan untuk mendapatkan seberapa besar nilai biji bernas, serta untuk
menapatkan kseragaman dalam pertumbuhan tanaman.
2. Saran
Agar lebih memantapkan
hasil pada praktikum uji bernas
sebaiknya dilakukan dengan lebih dari 1 jenis komoditas supaya bisa
membandingkan antara varietas satu dengan variestas yang lainnya.
|
Hasanah, H. Y. 2002. Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Air Benih Kedelai. Jurnal
Penelitian Tropika, 8 (1):12-23.
Lubis, Khairunnisa.
2005. Pemuliaan Tanaman. http:// www.unsu.ac.id.html/. Diakses
pada hari Rabu,
18
November 2013 pukul 08:08 WIB.
Metode
Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Holtikultura. 2010. BBP2MB-TPH. Dirjen
Tanaman Pangan. Kementrian Pertanian.
Mugnisyah,
W. 2001. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press. Jakarta.
Williams.
N.H. 2002. The Biology of orchids and euglossine bees. In: Arditti, J.
(ed.). Orchid Biology and Perspective. Vol. II. Ithaca: Cornell
University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar