VI. UJI DAYA DAN KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting sejak benih dorman
sampai kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan
yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi.
Oleh karena itu perlu dilaksanakan pengujian benih untuk mengetahui viabilitas
benih atau kemampuam benih untuk tumbuh menjadi bibit pada kondisi lingkungan
yang optimum. Uji perkecambahan itu meliputi uji daya kecambah, yang erat
kaitanya dengan viabilitas benih dan uji kecepatan berkecambah yang berhubungan
erat dengan vigor benih.
Perkecambahan biji adalah pengaktifan kembali aktifitas
pertumbuhan embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk
bibit (seedling). Biji untuk dapat
berkecambah memerlukan persyaratan baik dalam biji itu sendiri maupun
persyaratan lingkungan. Persyaratan untuk berkecambah yang berbeda-beda dari
bermacam-macam biji adalah penting diketahui untuk pedoman penanaman biji,
pedoman penetapan treatment tertentu
dan pengontrolan pertumbuhan. Persyaratan
untuk berkecambah yang berbeda-beda dari bermacam-macam biji adalah penting
diketahui untuk pedoman penanaman biji, pedoman penetapan treatment tertentu,
dan pengontrolan pertumbuhan.
Setiap benih memiliki kemampuan yang berbeda untuk berkecambah,
meskipun kondisi genetis dan fisiologisnya sama. Hal ini disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang dapat menentukan suatu kecambah. Dengan memberikan
perlakuan yang berbeda pada satu jenis benih yang sama akan dapat diketahui
kemampuan tumbuh dari masing-masing benih tersebut. Kemampuan benih tersebut
dinyatakan dengan daya kecambah dan kecepatan kecambah dapat aktifnya Syarat luar utama yang
dibutuhkan untuk kembali pertumbuhan embryonic exis adalah : air yang cukup,
suhu yang pantas, oksigen yang cukup, serta cahaya yang cukup. Pengujian
perkecambahan benih yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan substratum
kertas dan pasir. Beberapa metode yang dikenal antara lain : pada kertas (PK),
pada pasir (PP), dalam pasir (DP), antar kertas (AK), dan pada kertas digulung
dalam plastic (PKDp)
Daya tumbuh atau Daya berkecambah ialah jumlah benih yang berkecambah
dari se jumlah benih yang di kecambahkan pada media tumbuh optimal ( kondisi
laboratorium ) pada waktu yang telah ditentukan, dan dinyatakan dalam persen. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang
sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase
daya berkecambahnya. Persentase daya
berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan
perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.
Pengujian
benih dilakukan di labolatorium untuk menentukan baik mutu fisik maupun mutu
fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Yang salah satunya adalah pengujian
daya berkecambah parameter yang digunakan berupa persentase kecambah normal
berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara
langsung, Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang
memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat. Oleh karena itu,
metode penguian dilaboratorium telah dikembangkan dimana kondisi lingkungan
dikendalikan sedemikian rupa untuk mendapatkan tingkat perkecambahan yang
optimal pada lot benih jenis tanaman tertentu.
2. Tujuan
Pada praktikum acara uji daya dan kecepatan berkecambah benih mempunyai
beberapa tujuan, antara lain :
a. Untuk mengetahui daya kecambah
benih.
b. Untuk mengetahui kecepatan
kecambah benih.
B. Tinjauan pustaka
Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan
kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih
yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu sendiri
adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula di embrio. Plumula
dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang normal,
jika faktor lingkungan mendukung. (Kuswanto 2001).
Viabilitas benih menunjukkan persentase benih yang akan menyelesaikan
perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir dari kecambah-kecambah
yang baru berkecambah. Viabilitas benih dapat ditentukan dengan suatu prosedur
penguji pengujian yang dibukukan. Hal ini paling nyata dari pengukuran
viabilitas adalah persentase perkecambahan yaitu angka rata-rata persentase dari
uji suatu spesies yang menghasilkan kecambah normal pada kondisi perkecambahan
yang apling normal
(Qomara 2003).
Keragaman suhu inkubasi, jenis kertas substrat (kertas
merang, kertas koran, kertas saring), dan periode pengujian (penentuan final
count pada hari ke-7, 11, atau 14 setelah tabur) dapat menyebabkan keragaman
hasil pengujian daya kecambah yang melampaui batas toleransi. Satu lot benih
yang sama bila diuji oleh laboratorium yang berbeda akan memberikan hasil yang
berbeda. Penggunaan metode pengujian seperti ini tidak mungkin dapat diharapkan
untuk mendukung industri dan perdagangan benih yang menuntut reproduksibilitas
tinggi (Kartasapoetra 2002).
Daya berkecambah suatu benih dapat
diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian – bagian penting dari suatu
embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal
pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih
ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih
tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah
ditentukan (Danuarti 2005).
Perbedaan daya kecambah antar varietas dapat disebabkan karena
masing-masing benih mempunyai ukuran yang berbeda-beda, kandungan zat makanan
serta umur panen yang berlainan. Perbedaan sifat terebut disebabkan oleh faktor
genetik masing-masing benih. Faktor
genetik yang dimaksud adalah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good genotype)
seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap
kondisi pertumbuhan yang lebih baik (Sunarto et al
2001).
Menurut (Wahab dan Dewi 2003) kemampuan benih untuk
tumbuh dan berproduksi normal pada kondisi yang optimum merupakan parameter
daripada suatu viabilitas potensial benih. Selain itu yang menjadi tolok ukur
dari viabilitas benih tersebut yaitu daya kecambah dan berat kering dari suatu
kecambah yang normal.
Pengujian daya berkecambah parameter yang
digunakan berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap
struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung, Pengujian pada kondisi
lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat
diulang dengan hasil yang akurat.
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara uji daya dan kecepatan berkecambah benih ini dilaksanakan
pada hari Jum’at, 15 November 2013 pukul 09.00-10.00
WIB di
Laboratorium Ekologi Manajemen Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bahan dan Alat
1)
Bahan
a. Benih Sawi (Brassica campestris)
b. Benih Bayam (Amaranthus sp)
c. Media perkecambahan
2)
Alat
:
a. Petridis
b. Kertas perkecambahan
c. Bak Perkecambahan
3. Cara Kerja
a.
Menyiapkan media perkecambahan berupa
kertas dan pasir.
b.
Mengecambahkan biji pada media
perkecambahan pada kertas (PK) dan pada pasir (PP).
c.
Menempatkan substratum perkecambahan
pada bak perkecambahan.
d.
Menjaga kelembaban.
e.
Mengamati munculnya kecambah dan kecepatan
kecambah.
f.
Menghitung daya kecambah dan kecepatan
berkecambah.
g.
Mengamati tinggi tanaman dan jumlah daun.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Kecepatan Kecambah dan Daya Kecambah Benih.
No.
|
Tanaman
|
Media
|
KK (%)
|
DK (%)
|
1
|
Benih Sawi
|
Kertas
|
0
|
0
|
2
|
Benih Bayam
|
Kertas
|
0
|
0
|
Sumber
: Laporan sementara
Analisis Data:
a. Kecepatan Kecambah dan Daya Kecambah Benih Sawi
KK = 

Kecepatan Kecambah (KK) =
= 0%

DK = 

Daya Kecambah (DK) =
= 0%

b. Kecepatan Kecambah dan Daya Kecambah Benih Bayam
KK = 

Kecepatan Kecambah (KK) =
= 0%

DK = 

Daya Kecambah (DK) =
= 0%

2. Pembahasan
Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting sejak benih dorman
sampai kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan
yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi.
Perkecambahan biji adalah pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embryonic
axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling). Biji untuk dapat berkecambah
memerlukan persyaratan baik dalam biji itu sendiri maupun persyaratan
lingkungan.
Daya berkecambah ialah jumlah benih
yang berkecambah dari se jumlah benih yang di kecambahkan pada media tumbuh
optimal ( kondisi laboratorium ) pada waktu yang telah ditentukan, dan
dinyatakan dalam persen. Pengujian daya kecambah adalah
mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan
benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya.Daya kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan biji,
dimana biji berkecambah jauh sebelum tercapai kemasakan fisiologis atau sebelum
tercapai berat kering maksimum. Pada umumnya biji berkecambah pada umur
beberapa hari sesudah pembuahan.
Daya kecambah akan meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai
pertumbuhan maksimum jauh sebelum masa fisiologis atau berat kering maksimum
tercapai. Sampai masa fisiologis tercapai, pertumbuhan maksimum ini konstan,
tetapi sesudah itu akan menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan
buruk lingkungan. Makin buruk keadaan lingkungan makin cepat turunnya daya
kecambah.
Benih dikatakan baik apabila memiliki daya dan kecepatan berkecambahnya
tinggi. Pada kecepatan kecambah ini dapat diukur pada benih yang dikecambahkan
berumur 4 hari setelah tanam. Kecepatan kecambah perlu diketahui karena
berhubungan dengan vigor benih. Benih yang mempunyai kecepatan kecambah yang
tinggi maka tanaman yang dihasilkan lebih tahan terhadap keadaan yang kurang
menguntungkan. Pada biji apabila kecepatan berkecambahnya tinggi maka daya
kecambahnya tinggi, tetapi belum tentu daya kecambah yang tinggi memiliki
kecepatan kecambahnya tinggi.
Hal-hal tersebut diatas dapat diketahui karena dilihat dari pengamatan
benih yang hidup atau mati. Suatu benih dikatakan tumbuh normal bila perkecambahan benih tersebut
menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman yang
baik dan normal pada lingkungan yang telah disediakan yang sesuai dengan
kepentingan pertumbuhan tumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut.
Pada metode diatas kertas, kertas harus dalam keadaan steril karena
merupakan salah satu penentu mutu fisik benih dan cerminan kemampuan benih
untuk tumbuh normal pada kondisi optimal. Pada percobaan media diatas kertas
ini menggunakan 10 benih sawi dan 10 benih bayam. Berdasarkan hasil pengamatan 10 biji benih dan 10 benih
bayam tidak mengalami perkecambahan sehingga tidak dapat diketahui kecepatan
kecambah maupun daya kecambahnya. Benih yang tidak tumbuh saat perkecambahan
disebabkan karena lingkungan yang diberikan terlalu becek atau terlalu kering
(kekeringan) atau terserang jamur.
Suatu pengujian perkecambahan bermanfaat untuk mengukur proporsi benih yang mampu
menghasilkan bibit yang normal, yaitu bibit yang menunjukkan kemampuan untuk
tumbuh dan menghasilkan tanaman yang berguna pada kondisi lingkungan yang
menguntungkan. Hasil pengujian tersebut juga akan melaporkan proporsi bibit
yang abnormal, benih yang masih segar dan / atau benih keras dan benih mati. Sedangkan pengujian
viabilitas benih dipakai untuk menilai suatu benih untuk dipasarkan atau
membandingkan antar seed lot karena viabilitas merupakan gejala pertama yang
tampak pada benih yang menua. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada
pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang
berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapang yang serba optimum.
E. Kesimpulan dan Saran
1.
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah ditentukan maka dapat
diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
a. Benih dikatakan tumbuh dengan normal
apabila kecambah telah memiliki akar daun dan batang, sedangkan dikatakan
abnormal apabila perkecambahan tidak sempurna (kerdil).
b. Benih yang tidak tumbuh saat
perkecambahan disebabkan karena lingkungan yang diberikan terlalu becek atau
terlalu kering (kekeringan) atau terserang jamur.
c.
Untuk
kecepatan kecambah tinggi memiliki daya kecambah yang tinggi pula, akan tetapi
apabila daya kecambah tinggi belum tentu kecepatan kecambah tinggi.
d. Persentase kecepatan kecambah pada benih sawi sebesar 0% sedangkan kecepatan kecambah pada
benih bayam sebesar 0%.
e. Persentase daya kecepatan
pada benih sawi sebesar 0% sedangkan daya kecepatan pada benih bayam sebesar
0%.
2.
Saran
Mengadakan
pengujian pada metode lain seperti Antar Kertas dan sebagainya dan dilakukan
pengujian terhadap benih komoditas yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Danuarti.
2005. Produksi Benih. http://www.ri.go.id/produkuu/produk2004.
Diakses pada hari Rabu, 18 Desember 2013 pukul 08.10 WIB.
Kartasapoetra, A. G. 2002. Teknologi
Benih, Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara. Jakarta. .
Kuswanto, H., 2001. Analisis Benih. ANDI.: Yogyakarta
Qomara, W. 2003. Pengantar
Produksi Benih. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Sunarto, T, Hilman, SB. 2001. Analisis Korelasi dan Koefisien
Lintasan Hasil Padi Sawah Pada Lahan Keracunan Fe. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan. Vol. 18 (2).
Wahab, M. K dan Dewi R. 2003.
Pengaruh Ukuran dan Pencucian Benih Terhadap Viabilitas Benih. Penelitian Tanaman Industri XIX (1-2):
38-41.
makasih ea materi.a,,,
BalasHapus:: Sangat membantu. Thanks kakak... ::
BalasHapusmakasih materinya
BalasHapusmakasi materinya ya kak
BalasHapusThx, materinya bagus
BalasHapusMateri ini sangat membatu buat belajar di dunia pertanian
BalasHapusMateri ini sangat membatu buat belajar di dunia pertanian
BalasHapus