Minggu, 23 Februari 2014

PEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASINYA




I. PEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASINYA

A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Larutan merupakan fase yang homogen mengandung lebih dari satu komponen, dapat berupa gas, cair maupun padat. Larutan dapat dinyatakan homogen apabila campuran zat tersebut mengandung komponen-komponen penyusunnya yang tidak dapat dibedakan satu sama lain. Larutan terdiri atas dua komponen penting, yaitu zat pelarut dan zat terlarut. Zat pelarut (solvent) pada umumnya mempunyai proporsi dalam jumlah yang besar sedangkan zat terlarut (solut) pada umumnya mempunyai proporsi dalam jumlah yang kecil.
Konsentrasi  larutan adalah perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah zat dalam larutan atau perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah zat pelarut.  Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas yaitu jumlah mol solut dalam 1 liter larutan, molalitas yaitu jumlah mol solut per 1000 gram pelarut, normalitas yaitu jumlah gram ekuivalen solut dalam 1 liter larutan dan sebagainya. Pada pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering menghasilkan konsentrasi yang tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Untuk mengetahui hasil konsentrasi dari suatu larutan dapat dilakukan dengan proses standarisasi. Proses standarisasi yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya dari larutan yang dihasilkan. Pada setiap larutan mempunyai standarisasi yang berbeda, jadi standarisasi larutan satu dengan larutan yang lain tidak sama.
Proses standarisasi suatu larutan dilakukan dengan menggunakan metode titrasi. Metode titrasi adalah suatu metode untuk menghitung jumlah suatu cairan yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan cairan yang lain. Prinsip metode ini adalah untuk menentukan jumlah asam jika ditambahkan dengan asam dalam jumlah ekuivalen atau sebaliknya. Proses titrasi berakhir apabila telah mencapai titik ekuivalen, yaitu titik dimana penambahan sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Titik titrasi biasanya ditandai dengan perubahan warna indikator Mo.  



2.      Tujuan Praktikum
Adapun  tujuan  dari  praktikum  pembuatan  Larutan  dan Standarisasinya
ini adalah :
a. Membuat larutan 0,1 N HCl
b. Standarisasi HCl
c. Penentuan kadar Na2CO3 dengan HCl
3.      Waktu dan Tempat
Praktikum kimia dasar pada acara ke III, dilaksanakan pada hari kamis,
22 November 2012 pukul 07.00 – 09.00 WIB di Laboratorium Biologi Tanah di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.























B.     Tinjauan Pustaka
Tekanan uap dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sifat gaya tarik menarik cairan dan suhu. Kedua faktor ini mempengaruhi kecepatan molekul untuk menguap. Pada cairan dimana gaya tariknya kuat, gaya molekul yang mempunyai gaya kinetik yang besar dapat meninggalkan cairan, sehingga kecepatan penguapan rendah, fraksi mol yang mempengaruhi energi agar penguapan meningkat (Sutrisno, 1999)
Suhu mendidih suatu larutan selalu lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni jika zat itu relative tidak menguap. Suhu cairan dapat juga dididihkan pada setiap suhu, diantaranya titik beku dan suhu kritikannya penurunan titik didih dapat dilakukan dengan jalan menurunnya suatu titik yang berlaku pada permukaan zat cairnya, sebagai perbatasan titik didih secara umum dapat dikatakan sebagai berikut, bahwa titik didih suatu cairan adalah suhu dimana titik uapnya perubahan titiknya (Rosenberg,1999)
Titik didih suatu larutan akan berubah dengan cepat jika dimasukan ke dalam suatu zat yang bersifat non volatile yang mengakibatkan menurunnya tenaga yang dimiliki pelarut tersebut. Hal ini akan membuat hasrat zat pelarut untuk menjadikan fase uapnya menurun. Sehingga tekanan uap pelarut dalam larutan akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan titik didih yang sama dalam keadaan murni. Akibatnya tekanan uap dan titik didih tersebut meningkat (Petruci, 2002)
Kehadiran suatu zat terlarut akan menaikan kisaran cairan dari larutan yaitu dengan menaikan titik didih dan menurunkan titik beku. Salah satu contoh penggunaan larutan anti beku yaitu dalam radiator mobil. Zat yang terlarut ini biasanya adalah Etilen glikol. Pada waktu masih dingin campuran ini akan melindungi mobil dengan mencegah pembekuan air pada radiator. Pada mesin panaspun larutan ini juga melindungi mobil dari pendinginan (Day dan Underwood, 2002).
Sifat koligatif larutan yaitu sifat larutan yang tidak bergantung pada zat terlarut tetapi hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut. Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri. Sifat koligatif larutan terdiri dari sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan non elektrolit (http://free.vlsm.org).


C.    Alat, Bahan, dan Cara Kerja
1.      Alat
a.       Erlenmeyer
b.      Gelas ukur
c.       Pipet
d.      Sarung Tangan
e.       Masker
f.       Labu takar
2.   Bahan
a.       Larutan HCl 0,1 N
b.      Indikator mo
c.       0,4 gram borax (Na2B4O710H20)
d.      Aquades
e.       0,75 gram Natrium Karbonat (Na2CO3)
3.   Cara Kerja
a.    Pembuatan Larutan HCl 0,1 N
1.   Memasukkan 0,1 HCl pekat dalam gelas ukur yang sudah tersedia 100 ml.
2.   Mengisi dengan aquades sampai tanda garis
3.   Mengocok hingga homogen dan pindahkan ke Erlenmeyer
b.    Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax
1.   Mengambil dan menimbang 0,4 gram borax murni
2.   Memasukkan 0,4 gram borax murni dan melarutkan dengan 50 ml aquades
3.   Menambahkan 3 tetes indikator mo
4.   Menitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna
5.   Kemudian menghitung N HCl
c.    Penentuan Kadar Na2CO3
1.   Mengambil dan menimbang 0,75 gram Na2CO3
2.   Lalu memasukkan dalam labu takar 50 ml dan memberi air sampai tanda batas
3.   Mengambil 10 ml dan memasukkannya ke dalam Erlenmeyer
4.   Menambahkan indikator mo 3 tetes
5.   Kemudian titrasi dengan HCl yang telah dibuat
6.   Lalu menentukan kadar Na2CO3

D.    Hasil dan Analisis Pengamatan
1.      Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pembuatan larutan 0,1 N HCl
V HCl (ml)
BJ HCl (gr/ml)
Kadar HCl (N)
X HCl (ml)
1
1,19
37%
0,83
            Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.2 Standarisasi 0,1 N HCl dengan borax (Na2B4O7.10H2O)
Borax (gr)
V HCl (ml)
Perubahan warna
Awal
Proses
Akhir
0,4
7,2
Bening
Orange
Merah Muda
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.3 Penentuan Kadar Na2CO3
V HCl (ml)
Kadar Na2CO3 (%)
Perubahan warna
Awal
Proses
Akhir
2,5
0,75
Bening
Orange
Merah
Sumber : Hasil Pengamatan
2.      Analisis Data Pengamatan
Pembuatan larutan 0,1 N HCl
 
             
                                 
Standarisasi 0,1 N HCl dengan borax (Na2B4O7.10H2O)
             
            
                                                                  
Kadar Na2CO3
                       
                   




E.     Pembahasan dan Kesimpulan
1.      Pembahasan
Pada praktikum kali ini, yaitu pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu dengan standarisasinya. Untuk mengetahui hasil konsentrasi dari suatu larutan dapat dilakukan dengan proses standarisasi. Proses standarisasi suatu larutan dilakukan dengan menggunakan metode titrasi.
Metode titrasi adalah suatu metode untuk menghitung jumlah suatu cairan yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan cairan yang lain. Prinsip pada metode titrasi ini adalah menentukan jumlah asam jika ditambahkan asam dalam jumlah ekuivalen atau  sebaliknya.  Proses titrasi berakhir apabila telah mencapai titik ekuivalen, yaitu titik dimana penambahan sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Titik titrasi biasanya ditandai dengan perubahan warna indikator pH.  
Indikator merupakan  suatu molekul pewarna yang warnanya bergantung pada konsentrasi HO. Indikator  ini  sesungguhnya merupakan asam  lemah  atau  basa  lemah  yang  konjungsinya  menjadi  asam-basa yang menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna sesuai dengan kadar pH pada larutan tersebut.

2.      Kesimpulan
Dalam praktikum pembuatan larutan dan standarisasinya dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.       Besar x ml HCl pada pengamatan pertama adalah 0,83.
b.      Besar N HCl dalam proses standarisasi adalah 0,0003.
c.       Kadar Na2CO3 berdasarkan pengamatan adalah 0,098.
d.      Perubahan warna indikator menunjukkan adanya perubahan pH pada larutan tersebut.








DAFTAR PUSTAKA

            Sutrisno. 1999. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta
Rosenberg. 1999. Kimia Untuk Universitas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Petruci. 2002. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta
Day dan Underwood. 2002. Chemistry. Hougton Mifflin Company. London
Di download dari http://free.vlsm.org.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar