Minggu, 23 Februari 2014

UJI DAYA DAN KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH



VI. UJI DAYA DAN KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting sejak benih dorman sampai kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Oleh karena itu perlu dilaksanakan pengujian benih untuk mengetahui viabilitas benih atau kemampuam benih untuk tumbuh menjadi bibit pada kondisi lingkungan yang optimum. Uji perkecambahan itu meliputi uji daya kecambah, yang erat kaitanya dengan viabilitas benih dan uji kecepatan berkecambah yang berhubungan erat dengan vigor benih.
Perkecambahan biji adalah pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling). Biji untuk dapat berkecambah memerlukan persyaratan baik dalam biji itu sendiri maupun persyaratan lingkungan. Persyaratan untuk berkecambah yang berbeda-beda dari bermacam-macam biji adalah penting diketahui untuk pedoman penanaman biji, pedoman penetapan treatment tertentu dan pengontrolan pertumbuhan. Persyaratan untuk berkecambah yang berbeda-beda dari bermacam-macam biji adalah penting diketahui untuk pedoman penanaman biji, pedoman penetapan treatment tertentu, dan pengontrolan pertumbuhan.
Setiap benih memiliki kemampuan yang berbeda untuk berkecambah, meskipun kondisi genetis dan fisiologisnya sama. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang dapat menentukan suatu kecambah. Dengan memberikan perlakuan yang berbeda pada satu jenis benih yang sama akan dapat diketahui kemampuan tumbuh dari masing-masing benih tersebut. Kemampuan benih tersebut dinyatakan dengan daya kecambah dan kecepatan kecambah dapat aktifnya Syarat luar utama yang dibutuhkan untuk kembali pertumbuhan embryonic exis adalah : air yang cukup, suhu yang pantas, oksigen yang cukup, serta cahaya yang cukup. Pengujian perkecambahan benih yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan substratum kertas dan pasir. Beberapa metode yang dikenal antara lain : pada kertas (PK), pada pasir (PP), dalam pasir (DP), antar kertas (AK), dan pada kertas digulung dalam plastic (PKDp)
Daya tumbuh atau Daya berkecambah ialah jumlah benih yang berkecambah dari se jumlah benih yang di kecambahkan pada media tumbuh optimal ( kondisi laboratorium ) pada waktu yang telah ditentukan, dan dinyatakan dalam persen. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.
Pengujian benih dilakukan di labolatorium untuk menentukan baik mutu fisik maupun mutu fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Yang salah satunya adalah pengujian daya berkecambah parameter yang digunakan berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung, Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat. Oleh karena itu, metode penguian dilaboratorium telah dikembangkan dimana kondisi lingkungan dikendalikan sedemikian rupa untuk mendapatkan tingkat perkecambahan yang optimal pada lot benih jenis tanaman tertentu.
2.      Tujuan
Pada praktikum acara uji daya dan kecepatan berkecambah benih mempunyai beberapa tujuan, antara lain :
a.       Untuk mengetahui daya kecambah benih.
b.      Untuk mengetahui kecepatan kecambah benih.

B.     Tinjauan pustaka
Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu sendiri adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula di embrio. Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung. (Kuswanto 2001).
Viabilitas benih menunjukkan persentase benih yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir dari kecambah-kecambah yang baru berkecambah. Viabilitas benih dapat ditentukan dengan suatu prosedur penguji pengujian yang dibukukan. Hal ini paling nyata dari pengukuran viabilitas adalah persentase perkecambahan yaitu angka rata-rata persentase dari uji suatu spesies yang menghasilkan kecambah normal pada kondisi perkecambahan yang apling normal
 (Qomara 2003).
Keragaman suhu inkubasi, jenis kertas substrat (kertas merang, kertas koran, kertas saring), dan periode pengujian (penentuan final count pada hari ke-7, 11, atau 14 setelah tabur) dapat menyebabkan keragaman hasil pengujian daya kecambah yang melampaui batas toleransi. Satu lot benih yang sama bila diuji oleh laboratorium yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda. Penggunaan metode pengujian seperti ini tidak mungkin dapat diharapkan untuk mendukung industri dan perdagangan benih yang menuntut reproduksibilitas tinggi (Kartasapoetra 2002). 
Daya berkecambah suatu benih dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian – bagian penting dari suatu embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan (Danuarti 2005).
Perbedaan daya kecambah antar varietas dapat disebabkan karena masing-masing benih mempunyai ukuran yang berbeda-beda, kandungan zat makanan serta umur panen yang berlainan. Perbedaan sifat terebut disebabkan oleh faktor genetik masing-masing benih. Faktor genetik yang dimaksud adalah varietas-varietas yang mempunyai genotype baik (good genotype) seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik (Sunarto et al 2001).
Menurut (Wahab dan Dewi 2003) kemampuan benih untuk tumbuh dan berproduksi normal pada kondisi yang optimum merupakan parameter daripada suatu viabilitas potensial benih. Selain itu yang menjadi tolok ukur dari viabilitas benih tersebut yaitu daya kecambah dan berat kering dari suatu kecambah yang normal. Pengujian daya berkecambah parameter yang digunakan berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio yang diamati secara langsung, Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat.









C.    Metode Praktikum
1.      Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara uji daya dan kecepatan berkecambah benih ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 15 November 2013 pukul 09.00-10.00 WIB di Laboratorium Ekologi Manajemen Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.      Bahan dan Alat
1)      Bahan
a.     Benih Sawi (Brassica campestris)
b.     Benih Bayam (Amaranthus sp)
c.     Media perkecambahan
2)      Alat :
a.     Petridis
b.     Kertas perkecambahan
c.     Bak Perkecambahan
3.      Cara Kerja
a.       Menyiapkan media perkecambahan berupa kertas dan pasir.
b.      Mengecambahkan biji pada media perkecambahan pada kertas (PK) dan pada pasir (PP).
c.       Menempatkan substratum perkecambahan pada bak perkecambahan.
d.      Menjaga kelembaban.
e.       Mengamati munculnya kecambah dan kecepatan kecambah.
f.       Menghitung daya kecambah dan kecepatan berkecambah.
g.      Mengamati tinggi tanaman dan jumlah daun.





D.    Hasil dan Pembahasan
1.      Hasil Pengamatan
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Kecepatan Kecambah dan Daya Kecambah Benih.
No.
Tanaman
Media
KK (%)
DK (%)
1
Benih Sawi
Kertas
0
0
2
Benih Bayam
Kertas
0
0
Sumber : Laporan sementara
Analisis Data:
a.      Kecepatan Kecambah dan Daya Kecambah Benih Sawi
KK =
Kecepatan Kecambah (KK) = = 0%

DK =
Daya Kecambah (DK) = = 0%

b.    Kecepatan Kecambah dan Daya Kecambah Benih Bayam
KK =
Kecepatan Kecambah (KK) = = 0%

DK =
Daya Kecambah (DK) = = 0%




2. Pembahasan
Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting sejak benih dorman sampai kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Perkecambahan biji adalah pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling). Biji untuk dapat berkecambah memerlukan persyaratan baik dalam biji itu sendiri maupun persyaratan lingkungan.
Daya berkecambah ialah jumlah benih yang berkecambah dari se jumlah benih yang di kecambahkan pada media tumbuh optimal ( kondisi laboratorium ) pada waktu yang telah ditentukan, dan dinyatakan dalam persen. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya.Daya kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan biji, dimana biji berkecambah jauh sebelum tercapai kemasakan fisiologis atau sebelum tercapai berat kering maksimum. Pada umumnya biji berkecambah pada umur beberapa hari sesudah pembuahan.
Daya kecambah akan meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai pertumbuhan maksimum jauh sebelum masa fisiologis atau berat kering maksimum tercapai. Sampai masa fisiologis tercapai, pertumbuhan maksimum ini konstan, tetapi sesudah itu akan menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan buruk lingkungan. Makin buruk keadaan lingkungan makin cepat turunnya daya kecambah. 
Benih dikatakan baik apabila memiliki daya dan kecepatan berkecambahnya tinggi. Pada kecepatan kecambah ini dapat diukur pada benih yang dikecambahkan berumur 4 hari setelah tanam. Kecepatan kecambah perlu diketahui karena berhubungan dengan vigor benih. Benih yang mempunyai kecepatan kecambah yang tinggi maka tanaman yang dihasilkan lebih tahan terhadap keadaan yang kurang menguntungkan. Pada biji apabila kecepatan berkecambahnya tinggi maka daya kecambahnya tinggi, tetapi belum tentu daya kecambah yang tinggi memiliki kecepatan kecambahnya tinggi.
Hal-hal tersebut diatas dapat diketahui karena dilihat dari pengamatan benih yang hidup atau mati. Suatu benih dikatakan tumbuh  normal bila perkecambahan benih tersebut menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman yang baik dan normal pada lingkungan yang telah disediakan yang sesuai dengan kepentingan pertumbuhan tumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut.
Pada metode diatas kertas, kertas harus dalam keadaan steril karena merupakan salah satu penentu mutu fisik benih dan cerminan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi optimal. Pada percobaan media diatas kertas ini menggunakan 10 benih sawi dan 10 benih bayam. Berdasarkan hasil pengamatan 10 biji benih dan 10 benih bayam tidak mengalami perkecambahan sehingga tidak dapat diketahui kecepatan kecambah maupun daya kecambahnya. Benih yang tidak tumbuh saat perkecambahan disebabkan karena lingkungan yang diberikan terlalu becek atau terlalu kering (kekeringan) atau terserang jamur.
Suatu pengujian perkecambahan bermanfaat untuk mengukur proporsi benih yang mampu menghasilkan bibit yang normal, yaitu bibit yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan menghasilkan tanaman yang berguna pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Hasil pengujian tersebut juga akan melaporkan proporsi bibit yang abnormal, benih yang masih segar dan / atau benih keras dan benih mati. Sedangkan pengujian viabilitas benih dipakai untuk menilai suatu benih untuk dipasarkan atau membandingkan antar seed lot karena viabilitas merupakan gejala pertama yang tampak pada benih yang menua. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapang yang serba optimum.
E. Kesimpulan dan Saran
1.        Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah ditentukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
a.       Benih dikatakan tumbuh dengan normal apabila kecambah telah memiliki akar daun dan batang, sedangkan dikatakan abnormal apabila perkecambahan tidak sempurna (kerdil).
b.       Benih yang tidak tumbuh saat perkecambahan disebabkan karena lingkungan yang diberikan terlalu becek atau terlalu kering (kekeringan) atau terserang jamur.
c.         Untuk kecepatan kecambah tinggi memiliki daya kecambah yang tinggi pula, akan tetapi apabila daya kecambah tinggi belum tentu kecepatan kecambah tinggi.
d.      Persentase kecepatan kecambah pada benih sawi sebesar 0% sedangkan kecepatan kecambah pada benih bayam sebesar 0%.
e.       Persentase daya kecepatan pada benih sawi sebesar 0% sedangkan daya kecepatan pada benih bayam sebesar 0%. 
2.        Saran
Mengadakan pengujian pada metode lain seperti Antar Kertas dan sebagainya dan dilakukan pengujian terhadap benih komoditas yang lain.






DAFTAR PUSTAKA
Danuarti. 2005. Produksi Benih. http://www.ri.go.id/produkuu/produk2004.  Diakses pada hari Rabu, 18 Desember 2013 pukul 08.10 WIB.
Kartasapoetra, A. G. 2002. Teknologi Benih, Pengelolaan Benih dan Tuntunan Praktikum. Bina Aksara. Jakarta. .
Kuswanto, H., 2001. Analisis Benih. ANDI.: Yogyakarta
Qomara, W. 2003. Pengantar Produksi Benih. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Sunarto, T, Hilman, SB. 2001. Analisis Korelasi dan Koefisien Lintasan Hasil Padi Sawah Pada Lahan Keracunan Fe. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol. 18 (2).
Wahab, M. K dan Dewi R. 2003. Pengaruh Ukuran dan Pencucian Benih Terhadap Viabilitas Benih. Penelitian Tanaman Industri XIX (1-2): 38-41.

7 komentar: