IV. SIFAT KOLIGATIF
LARUTAN
A.
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pada kehidupan
sehari-hari kita banyak menjumpai peristiwa kimia yang menyangkut larutan dan
sifat-sifatnya. Sifat-sifat
larutan seperti rasa, warna,. pH, dan kekentalan bergantung pada jenis dan konsentrasi
zat terlarut. Pengaruh jenis zat terlarut kecil sekali sejauh zat terlarut
tersebut tergolong nonelektrolit dan nonvolatile (zat yang tidak mudah
menguap).
Contoh dalam
kehidupan sehari-hari sering
dijumpai berbagai proses alam maupun buatan manusia yang melibatkan larutan.
Baik dalam dunia industri, obat-obatan maupun dalam dunia pertanian yaitu
penggunaan pestisida, insektisida dan bahan-bahan kimia lainnya.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang
tidak tergantung pada jenis zat terlarut tetapi tergantung pada banyaknya
partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat koligatif larutan dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu larutan elektrolit danlarutan nonelektrolit. Hal itu
disebakan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena
terurai menjadi ion-ion sesuai dengan hal-hal tersebut. Maka sifat koligatif
larutan nonelektrolit lebih rendah daripada koligatif larutan elektrolit. Koligatif larutan memiliki empat jenis sifat
larutan yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku, dan tekanan osmosis.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan melakukan
praktikum sifat koligatif larutan adalah :
a.
Menentukan
perubahan titik didih larutan.
b.
Menentukan
BM zat non volatile.
3.
Waktu dan Tempat
Praktikum kimia dasar acara ke IV ini dilaksanakan pada
hari selasa,
20 November 2012 pukul 07.30 – 09.30 WIB di
Laboratorium Biologi Tanah di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
B.
Tinjauan Pustaka
Suatu zat
terlarut yang dilarutkan ke dalam zat pelarut akan mengalami perubahan sifat
pelarut. Terdapat empat sifat utama fisika yaitu tekanan uap, titik didih,
didik beku, dan tekanan osmosa. Sifat-sifat tersebut yang tergantung pada
macamnya dirujuk sebagai sifat koligatif larutan (Rivai, 1995).
Larutan
didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih. Keadaan fisik
larutan dapat berupa gas, cair, maupun padat dengan perbandingan yang
berubah-ubah saat tertentu (Maron, 1996).
Larutan adalah campuran yang homogen. Ada
empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, terutama berhubungan dengan
jumlah pertikel terlarutnya. Keempat sifat tersebut adalah penurunan tekanan
uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmosis. Penelitian
sifat koligatif mempunyai peranan penting dalam metode penetapan bobot molekul
dan pengembangan teori larutan (Petrucci, 1998).
Suatu larutan yang mendidih lebih tinggi
dari pelarutnya, selisihnya disebut kenaikan titik didih larutan. Hal ini dapat
dilihat jelas pada diagram P dan T. Apabila kebanyakan larutan encer yang
terjadi maka pelarut murni akan terkristal terlebih dahulu sebelum ada zat
terlarut yang mengkristalkannya. Dalam pelarut encer, penurunan titik beku
berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut atau molnya dalam massa
tertentu dari pelarut (Keenan, 1998).
Pelarut murni akan mendidih bila tekanan
uap jenuh pada permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar. Untuk sistem
terbuka, tekanan udara luar yang dimaksud adalah tekanan atmosfer atau 760
mmHg. Karena zat terlarut non-volatile mengurangi tekanan uap, maka diharapkan
akan terjadi peningkatan titik didih apabila kedalam pelarut murni dimasukkan
zat terlarut non-volatile tadi (Bird, 1999).
C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
1. Alat
a. Elenmeyer
b. Gelas ukur
c. Waterbath
d.
Termometer
e.
Jam tangan
f.
Timbangan
2.
Bahan
a. 5 gram Urea
b.
Aquades
3.
Cara
Kerja
a. Menimbang
5 gr urea dengan menggunakan timbangan.
b.
Mengambil 2 elenmeyer, yang pertama diisi air dan yang kedua diisi
dengan urea dan aquades sebanyak 25 ml kemudian
diaduk.
c. Mengukur
perubahan suhu awal kedua larutan tersebut sebelum
dipanaskan.
d.
Menentukan titik didih larutan dan pelarut dengan pemanasan dalam
waterbath dengan suhu 75oC.
e. Memanaskan kedua larutan tersebut dan mengukur
perubahan suhu
setiap 5 menit
f.
Menentukan perubahan titik didihnya dan BM ureanya.
D.
Hasil dan Analis Pengamatan
1. Hasil Pengamatan
Tabel
4.1 Kenaikan Titik Didih Pelarut dan Titik Didih Larutan
Waktu
|
Urea (Larutan)
|
Aquades (Pelarut)
|
0 menit
|
27 °C
|
27 °C
|
5 menit
|
63 °C
|
62 °C
|
10 menit
|
67 °C
|
64 °C
|
15 menit
|
68 °C
|
65°C
|
Sumber
: Laporan Sementara
2. Analisis
Hasil Pengamatan
a. ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut
= 68 – 65
= 3°C
b.
gr
E.
Pembahasan
dan Kesimpulan
1.
Pembahasan
Pada percobaan kali ini adalah sifat koligatif larutan yang membahas tentang salah satu sifat dari koligatif larutan yaitu kenaikan
titik didih larutan. Larutan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan
urea yang akan ditentukan besar berat massa (BM) dari larutan non volatile
tersebut. Untuk mencari suatu titik didih yang konstan, maka percobaan
dilakukan sebanyak 7 kali dengan waktu yang bervariasi. Waktu yang digunakan
adalah 0, 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 menit.
Ketelitian
dalam mengukur suhu pada masing–masing larutan mutlak diperlukan, karena
kesalahan menghitung dapat mempengaruhi besar nilai berat massa suatu zat,
dalam hal ini BM urea.
Apabila suatu zat pelarut
dimasukkan zat lain yang tidak mudah menguap, maka tenaga bebas pelarut itu
akan turun, sehingga menurunkan zat pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya
akibatnya tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah dibandingkan
dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni, karena tekanan uapnya
rendah maka titik didih larutan akan naik.
2.
Kesimpulan
Dari
hasil praktikum koligatif larutan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Hasil
analisis ΔTb adalah 3°C
b. Hasil
analisis gr
c. Jadi, larutan urea dan
pelarut aquades selalu mengalami kenaikan yang stabil. Akan tetapi, titik didih
larutan urea sedikit lebih tinggi dari titik didih pelarut aquades.
DAFTAR PUSTAKA
Rivai, Harrizal. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia.
Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Maron. 1996. Principle of
Physical Chemistry. Erlangga. Jakarta.
Petrucci.
1998. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta.
Keenan. 1998. Ilmu Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Bird. 1999. Kimia Fisika Untuk Universitas. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar